Tuesday, December 12, 2017

Tanda-Tanda Orang Rasis?




Welcome Back to my Blog,Netizen!
Pembahasan blog gue hari ini lebih berat dari biasanya. Meskipun beberapa pembahasan di blog ini ada juga yang berat, tapi mungkin untuk kali ini lebih berat lagi (mungkin).
Gue bakal menuangkan keresahaang-sekarang n dan kegalauan gue mengenai satu kata yang sekarang lagi heboh, RASISME.
Bagi sebagian orang mungkin bakal menganggap " gue gak rasis kali," " gue mah biasa aja," Well, mungkin lu menganggap diri lu demikian, dan selamat kalau memang demikian. 
Tapi gaes, gue mau bilang kalau menurut pendapat dan pengamatan gue, sebagian dari masyarakat hari ini sedang darurat rasisme dan intoleran. Kok bisa?
Lu pernah gak denger statement, " Kalo orang Batak (gue kasi contoh frontal karena gue bersuku ini ya gaes) tuh sifatnya a,b,c,d. Kalau orang suku A tuh gini-gini, kalo orang suku B tuh biasanya gini-gini. GUe gak boleh nih nikah sama suku C, soalnya orang suku C tuh gini-gini. Gue sih gasuka yang cari pacar suku D, soalnya kata orang mereka gini-gini." dan lain sebagainya statemen yang sejenis dengan ini. Pernah? Pernah denger atau bahkan pernah ngucapin juga?
Secara kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar ya, pernyataan-pernyataan diatas adalah penyeragaman, penyamaratan. peng-generalisir sesuatu. Seperti halnya KALO lu bilang, "Semua umat Islam adalah teroris," padahal? TIDAK, sama halnya KALO lu bilang semua orang Budha tuh pembunuh, padahal "cuma" gara-gara kasus rohingya, dampaknya semua orang Budha dianggap begitu semua. Well, KALO. Sama halnya KALO lu bilang semua orang yang pakai baju kotak-kotak pendukung pak Jokowi, padahal, belum tentu juga. Yang nyiptain baju kotak-kotak juga mungkin kaga mikir kalau desain baju dia jadi alat kampanye. hehe. Sama halnya buat cewe-cewe yang bilang semua cowok tuh sama aja! wkwk
Gue pribadi pernah denger dan pernah ngucapin juga beberapa hal diatas. Dan beberapa lama kemudian, setelah gue mulai dewasa, punya pendidikan lebih baik, banyak membaca, diskusi dan banyak merenungkan juga. Gue merasa gue punya bibit rasisme dan intoleran di dalam diri gue. Sorry for that, gue tidak sedang mengeneralisir semua orang, ini adalah hasil gagasan dan perenungan gue.
Sedikit curhat, jadi gue pernah punya mantan orang suku B, lalu karena berakhirnya kurang baik maka gue mulai mengeneralisir semua cowok suku B tuh bla-bla-bla(negatif). Dan gue sempet ilfil sama semua cowok bersuku B. Tapi karena gue bukan tipe orang yang frontal, gue gak sampe ngelarang-larang temen atau saudara gue nikah atau berhubungan dengan lelaki bersuku B. Dan gue mendapati ada bberapa temen gue yang menikah dengan cowok bersuku B, bahagia dan baik-baik saja, tidak seperti anggapan gue. So? Gue salah.
Jangan menyeragamkan sesuatu yang belum tentu seragam. (What the... wkwkwk)
Gue tahu sifat manusia itu juga terbentuk dari latarbelakang dan lingkungan, dan itu juga bisa dikaitkan dengan suku (yang mana mencakup budaya, adat istiadat, lingkungan dan kebiasaan). Tapi jangan kita melupakan bahwa didikan orangtua, pendidikan formal, pendidikan agama, keimanan, hal-hal diluar itu (budaya, adat, kebiasaan suku) juga adalah faktor yang membentuk kepribadian seseorang bukan? I mean, gak semua orang suku Batak berpikir bahwa kanibalisme adalah hal yang biasa, karena pendidikan sudah membentuk pola pikir orang-orang suku Batak yang "sekolahan", ada juga agama, didikan orangtua yang juga sudah "sekolahan", dll. Jadi, jangan samakan semua. Not at all. Gak semuanya begitu.
Ya kalau buat temenan bolehlah, tapi kalau buat jadi keluarga, gue sih mikir-mikir ya.
Mungkin statemen ini juga yang sering lu denger ya, sob?
Bagi gue, menurut gue loh ya, SAMA AJA. Tapi tetep pilihan lu juga sih.
Beruntung atau sial? kita tinggal di Indonesia, dengan ribuan pulau dan ribuan suku bangsa, hidup berdampingan dengan slogan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia bukan milik satu atau dua suku saja, bukan milik satu atau dua agama saja. Sebagai masyarakat yang tinggal dan hidup di tengah-tengah pluralisme ini, seyogyanya kita memiliki semangat Bhineka Tunggal Ika bukan? Bukan malah memupuk dan menumbuhkan benih rasisme dan intoleran.
Hal yang sangat baik yang dicontohkan oleh salah satu negarawan kita. Dia menikahkan anaknya dengan orang dari suku yang berbeda dengan dia. Bukankah ini contoh teladan yang sangat baik dari seorang negarawan? Inilah bukti toleransi dan keterbukaan. Gue juga sangat menghormati beberapa orang di sekitar gue yang menikah antar suku dan ras, kenapa? Mereka berani menerima perbedaan dan keragamaan. Salah satu contoh pemikiran terbuka.
Ibaratnya, Kalau lu tinggal di negara yang beragam etnis, suku, dan ras, kemungkinan lu berkeluarga dengan salah satu dari mereka itu sangat mungkin, entah lu sendiri yang menikah dengan mereka atau salah satu dari keluarga lu. Harus siap dan harus mau dong. Tapi kalo pola pikir kita aja masih rasis dan intoleran gitu? Gimana mau maju? gimana mau menerima? gimana bisa? Kalo seandainya orang-orang di dunia ini rasis dan intoleran, gue gak bisa membayangkan kemunduran dan keprimitifan yag akan masih terjadi di dunia ini. Ilmu pengetahuan cuma ada di Amerika dan Eropa karena ilmuwan dari sana (kebanyakan), gak ada pernikahan campuran dan manusia kekurangan pilihan pasangan hidup(wkwk), gaada penyebaran dan perkembangan fashion dan teknologi, dll wkwk. Sedih gak?
Bahkan yang lebih parah adalah  diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida. Mengerikan gaes!
Jadi kesimpulannya, ayok kita merubah paradigma kita yang rasis dan intoleran itu. Belajar menerima manusia sebagaimana manusia, bukan karena suku, bangsa, agamanya. Jangan dikait-kaitkan, gak semuanya begitu. Kalau memang lu gak selera dengan seseorang dalam hal percintaan, semoga alasannya bukan karena dia suku A, B, C, dll. Dan kalau lu punya temen yang berkeluarga atau pacaran dengan suku A, B, C, gausah deh ikut-ikut berpendapat SARA. Gak semuanya begitu. Kasi nasehat boleh, tapi jangan impulsif apalagi menyerang suku tertentu. Kita beruntung lahir dan tinggal di Indonesia, karena kita bisa berlatih untuk punya toleransi, keterbukaan dan keharmonisan.
Please jangan kolot jadi orang!
Salam Pluralisme 😊