Friday, February 2, 2018

REVIEW : The Greatest Showman, The Richest Film Ever!


"You have to know that u don't need everone loves you, just a few good people"  -Charity Barnum-
"Comfort is the enemy of Progress," Barnum
"The noblest art is that of making others happy," Barnum

Hai Film Lover!

Setelah setahun tidak menulis blog #lebay, akhirnya saya hadir kembali di hadapan anda. Pas di hari pertama di bulan kedua tahun 2018 (halah), akhirnya ada kesempatan dan keinginan buat review film lagi. 

Kesempatan, karena bisa nonton lagi setelah beberapa hari dipusingkan dengan tugas-tugas kuliah. Keinginan, karena ini film sayang banget kalau gak di review. Kalau kata temen gue, sebagai Reviewer, gua akan merasa gagal kalau tidak mereview film ini, haha.


Well,lets hit it!
Sebagai pembukaan, gue mau kasi satu statement dulu ya:
“The Greatest Showman adalah film terKAYA yang pernah gue tonton. Dan gue gak pernah nonton film seLENGKAP dan seKAYA ini sebelumnya. Film bagus, film mindblowing, film keren, film menyentuh,film romantis, BANYAK tapi yang LENGKAP DAN KAYA, baru ini.”
Dan karena film ini begitu kaya dan lengkap, maka gue akan memberitahu dahulu kalau Review ini akan panjang dan penuh dengan Spoiler, hehe.

Film TGS menurut gue film yang bisa memberikan pesan dalam segala sisi kehidupan. Saking kaya nya ini film, gue seperti lagi nonton sebuah film yang durasinya Cuma kurang dari dua jam tapi dengan banyak genre di dalamnya, namun ajaibnya, SEMUA DAPET DAN SEMUA PESANNYA NYAMPE ke penonton. Gue ngerasa untung banget nonton ini film. TGS ini film yang sukses mengangkat banyak genre, namun pesannya tetep nyampe, gak boring, menghibur, menyentuh, menyenangkan, menginspirasi, menggugah, menegangkan, dll.

Dari karakter utama film ini, Phinehas Barnum, adalah seorang pemimpi, orang yang kreatif, inovatif, ambisius dan tidak pernah puas dalam hidupnya. Di aspek positif ini bagus banget. Menurut gue sebiasa-biasanya hidup kita, ketika kita punya mimpi, hidup bakal jadi lebih menarik buat dijalani, bukan? Dan bagi Phinehas yang kreatif dan inovatif, mimpi besar dia pasti bisa dia gapai. (Bagian ini ketebak pasti waktu nonton di bagian awal film.)

Dari karakter utama ini gue juga belajar satu hal, orang kalau dasarnya emang bagus ye (karakternya) ibarat mau lu buang kemana aja dan jadi apa aja ya tetep “jadi orang”, karena di awal film diceritakan Phin ini kerja jadi karyawan biasa yang kerjaannya boring banget, tapi, boom! Jadilah Phinehas Barnum yang sukses jadi pengusaha hebat. Dan buat elu yang lagi bisnis atau bercita-cita jadi pengusaha, lu wajib nonton film ini, karena lu bakal dapet ilmu bisnis yang mengagumkan dari seorang Phin. Betapa handalnya si Phin nge lobby orang buat kerjasama bareng dia, gimana mata elang si Phin ketika ngelihat berbagai peluang bisnis yang ada, gak cuma dilihat tapi dieksekusi juga dong,Bos! Bagaimana handalnya si Phin bikin usahanya yang awalnya receh dan biasa jadi luar biasa dan gak biasa, His Mind is definition of Out Off The Box thinking! 
Lu bakal kagum dengan cara Phin mengelola para hatersnya, buat jadi salah satu jalan menuju kesuksesan. Mending tonton sendiri deh! Keren…

Di sisi Romantis dan percintaan film, gue kagum sama Phin, baper sih lebih tepatnya. Kapan lagi ada cowok gentle dateng ke rumah cewek, bilang ke bokap ceweknya (kurang lebih gini) “Om, saya memang dari keluarga sederhana, saya bukan orang kaya seperti om, tapi saya akan menjaga anak om, dan saya janji akan memberikan kehidupan yang sama seperti ini untuk dia,” And FYI, kehidupan yang dia maksud adalah kehidupan orang kaya, kayaknya konglomerat lebih bisa mendefinisikan jenis kehidupan macem apa yang sedang dijalani Charity (istri Phin). Dan si Bapak bilang, “Saya jamin, dia akan kembali kesini, tidak tahan dengan kemiskinan,” Mantap banget ya, nampol sih, asli dah! Tapi, di ending film ironis sih, Charity emang bakal gak tahan dan balik ke rumah bokapnya (sementara) tapi bukan karena gak tahan akan kemiskinan. well… money cannot buy happiness is true gaes…
Kebapean selanjutnya buat ciwi-ciwi ya, si Phin ama Char ini udah “pacaran” dari kecil, gaes! Tapi bukan pacaran “ayah-bunda” kayak kids zaman now ya, pacaran mereka tuh terpisah oleh kasta sosial, bahkan jarak. Alias LDR an. Kalau gue ngitung pake itungan gue sendiri, ya kira-kira LDRan lebih dari 10 tahun lah ya. Mak, LDR setaon aja boro-boro kewong, masih inget aja sukur, masih jadi temen aja udah hebat. 10 Tahun dan Cuma surat-suratan, kamu gak akan kuat, mereka aja *salah film*.

Zoom ke sisi Keluarga: Aduhh, gue cuma mau bilang, andai gue punya keluarga kayak gini, gue makan nasi pakek kecap aja udah bahagia. *yakin lu len, wkwk* 
Yang pasti gue ngefasn banget sama si bungsu anaknya Phin. Dia adalah pemanis dan penggembira banget di film ini. Tanpa dia, film ini pasti berat banget. Tapi si kecil, selalu bikin gue gemash dan ketawa sama lelucon lucuknya. “Sebutkan keinginanmu,” kata bokapnya, “aku ingin menikah dengan Santa Claus” seketika sebioskop ngakak. Giliran kakaknya minta sepasang sepatu balet, langsung air mata terbit di pelupuk mata, pengen banget gue ngelus si Phin sambil berbisik, “Sabar ya, Pak’e,” Yha, secara ekonomi lagi sulit, buat makan aja susah, *seka air mata*
Di ending film gagal nangis gegara si kecil tiba-tiba ilang, gue sama adek gue nyariin kan, eh ternyata dia jadi po’on2an di pentas bales kakaknya. Smbil goyang-goyangin ranting po’on. Aduh, nak, kamu kok gemash banget!

Konflik dari film ini sebenernya ga begitu besar, yha, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, wajarlah si Phin khilaf yakan. Khilaf dia itu ya haus akan ketenaran, agak tinggi hati, haus akan pamer (ya sebenernya bagian dari keiginan untuk membuktikan kepada mertua dan orang-orang kalau dia si anak tukang jahit miskin, sekarangudah bisa jadi "orang"). Sebenernya bagus juga sih punya sifat yang selalu ingin maju, selalu ingin berkembang, tidak takut resiko. Tapi, namanya juga segala sesuatu yang berlebihan memang gak baik, jadi sempet hancur semua yang sudah dibangun dan diusahakan selama ini. Tapi gue salut sama dedikasi dan loyalitas tim nya si Phin, udah sempet disia-siain, sempet gak diurusin, eh tetep aja loyal sama bosnya. Ah, andai semua karyawan begini. wkwk.

Gue melihat film ini memang gak mind blowing dan bikin kita wow sama endingnya. Gue yakinlah, kita semua yang pintar ini pasti bisa nebak ending film ini gimana. Tapi bagi gue,setiap proses dan alur yang disajikan di dalam film ini bener-bener layak buat dinikmati. Saat nonton film ini, lu bisa tersenyum, dan tergugah, kalau agak baper ya nangis. Gue belajar bahwa dalam setiap sisi kehidupan, kita bakal bertemu dengan berbagai jenis orang, masalahnya lu mau melihat itu dari sudut pandang mana? Tim Phin adalah orang-orang yang aneh dan terbuang, tapi Phin melihat potensi dalam diri mereka dan jadilah tim suksesnya dia, Mr Benneth adalah kritikus yang super nyebelin tapi terakhir bisa jadi teman yang memberi pujian dengan tulus buat Phin, Jenny Lind yang kayaknya bisa jadi partner buat mencapai kesuksesan eh malah jadi sumber kehancuran, Mertua, Istri, anak, haters, semua orang bisa jadi bagian dalam hidup kita, bisa jadi membuat hidup kita maju atau hancur, semua tergantung cara kita mengelolanya dan memandangnya. Well, bagi gue, The Greatest Showman memang bukan film yang hebat dan bombastis banget, tapi sederhana namun kaya akan makna.
9/10
PS : Jangan lupa download soundtrack2nya yang super keren ini ya hehe.

x
x